Cerita Humor Abu Nawas Bekerja di Perusahaan JahitSatu dari sekian banyak Cerita Humor Abu Nawas dari Koleksi Cerita Abu Nawas adalah ketika Abu Nawas Bekerja di perusahaan jahit. Alkisah ketika masih muda, Abu Nawas pernah bekerja di sebuah perusahaan jasa jahit pakaian yang terkenal pada masa itu. Majikan di tempat Abu nawas bekerja adalah orang yang pelit dan tak mau berbagi dengan sesama.

Pada suatu hari majikannya datang dengan membawa satu kendi madu. Karena sifat pelitnya dan khawatir madu itu diminum Abu Nawas, maka majikannya berbohong dengan berkata, Hai Abu Nawas, kendi ini berisi racun dan aku tidak mau kamu mati karena meminumnya Sesaat kemudian karena ada keperluan lain, sang majikan pun pergi keluar.

Sepeninggal majikannya, Datanglah seorang pembeli yang ingin membeli pakaian. Transaksi jual-beli berlangsung dan akhirnyaAbu Nawas mendapatkan uang dari hasil menjual pakaian.

Menjelang siang, karena Abu Nawas merasa lapar, pergilah ia membeli roti ke sebuah toko. Karena tidak memiliki uang, Abu Nawas menggunakan uang hasil menjual pakaian untuk membeli roti. Selain itu, sekembalinya ia di perusahaan jasa jahit ia menghabiskan madu milik majikannya.

Ketika majikannya datang usai keperluannya di luar, sang majikan tersadar bahwa pakaian yang dijualnya ternyata kurang satu sedangkan madu dalam kendi juga telah habis. Sedangkan uang hasil penjualan pakaian tidak ada. Bertanyalah dia pada Abu Nawas.

Abu, Apa sebenarnya yang telah terjadi? tanya majikan heran.

Dengan tenangnya seolah tak melakukan apa-apa Abu Nawas menjawab.

Maaf tuan, tadi ada seorang pencuri yang mencuri pakaian tuan, lalu karena aku takut akan dimarahi tuan, jadi aku putuskan untuk bunuh diri saja menggunakan racun dalam kendi itu.

Dasar Abu Nawas memang cerdik dan pandai dalam mensiasati keadaan apapun. Pembelajaran dalam cerita ini adalah agar kita tidak menjadi orang yang pelit dan kikir terhadap sesama, apalagi jika tetangga kita masih banyak yang membutuhkan bantuan kita. Karena semua harta dan pehiasaan kita milik ALLAH SWT dan akan kembali kepadanya juga.

 
Ketika ada pertanyaan mana yang lebih dahulu ada antara Telur dan Ayam pastilah kita sulit menjawabya. Namun, di Cerita Dongeng Abu Nawas masalah itu dapat terselesaikan dengan bijak dengan pengandaian logika, mau tahu seperti apa Certia Dongeng Abu Nawas tersebut berikut Cerita Dongeng Abu Nawas nya.

Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda Harun al Rasyid tersenyum. Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas. Tetapi bila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadi akibatnya.

Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu terutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai meneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu adalah Abu Nawas.

Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda sendiri.

Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliau memanggil peserta pertama. Peserta pertama maju dengan tubuh gemetar. Baginda bertanya,

“Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?” “Telur.” jawab peserta pertama.

“Apa alasannya?” tanya Baginda.

“Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur.” kata peserta pertama menjelaskan.

“Kalau begitu siapa yang mengerami telur itu?” sanggah Baginda.

Peserta pertama pucat pasi. Wajahnya mendadak berubah putih seperti kertas. la tidak bisa menjawab. Tanpa ampun ia dimasukkan ke dalam penjara

Kemudian peserta kedua maju. la berkata,

“Paduka yang mulia, sebenarnya telur dan ayam tercipta dalam waktu yang bersamaan.”

“Bagaimana bisa bersamaan?” tanya Baginda.

“Bila ayam lebih dahulu itu tidak mungkin karena ayam berasal dari telur. Bila telur lebih dahulu itu juga tidak mungkin karena telur tidak bisa menetas tanpa dierami.” kata peserta kedua dengan mantap.

“Bukankah ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan?” sanggah Baginda memojokkan. Peserta kedua bjngung. la pun dijebloskan ke dalam penjara.

Lalu giliran peserta ketiga. la berkata;

“Tuanku yang mulia, sebenarnya ayam tercipta lebih dahulu daripada telur.”

“Sebutkan alasanmu.” kata Baginda.

“Menurut hamba, yang pertama tercipta adalah ayam betina.” kata peserta ketiga meyakinkan.

“Lalu bagaimana ayam betina bisa beranak-pinak seperti sekarang. Sedangkan ayam jantan tidak ada.” kata Baginda memancing.

“Ayam betina bisa bertelur tanpa ayam jantan. Telur dierami sendiri. Lalu menetas dan menurunkan anak ayam jantan. Kemudian menjadi ayam jantan dewasa dan mengawini induknya sendiri.” peserta ketiga berusaha menjelaskan.

“Bagaimana bila ayam betina mati sebelum ayam jantan yang sudah dewasa sempat mengawininya?”

Peserta ketiga pun tidak bisa menjawab sanggahan Baginda. la pun dimasukkan ke penjara.

Kini tiba giliran Abu Nawas. la berkata, “Yang pasti adalah telur dulu, baru ayam.”

“Coba terangkan secara logis.” kata Baginda ingin tahu “Ayam bisa mengenal telur, sebaliknya telur tidak mengenal ayam.” kata Abu Nawas singkat.

Agak lama Baginda Raja merenung. Kali ini Baginda tidak nyanggah alasan Abu Nawas.

Dasar Abu Nawas, memang manusia pintar dengan sejuta pemikiran. Demikanlah Cerita Dongeng Abu Nawas. Semoga bisa menjadi inspirasi dan hiburan bagi teman-teman penggeram Cerita Dongeng Abu Nawas.

 
Dari sekian banyak Cerita Jenaka Abu Nawas salah satu cerita jenaka yang cukup menghibur adalah Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta. dari judulnyapun kita pasti merasa terheran-heran “Emang ada yah, Telur Unta?”. Mau tau Cerita Jenaka Abu Nawasyang satu ini berikut cerita lucunya.

Suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit aneh. Tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa kaku dan pegal. Suhu badannya panas dan tak kuat untuk melangkah. penyakitnya itu membuat sang raja tidak mau makan sehingga sakitnya bertambah parah.

Berbagai tabib sudah berdatangan mengobatinya tetepi tetap saja sakit. Obat pun banyak yang ia minum tapi tetap saja hasilnya.

Namun demikian, raja tidak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Maka iapun memerintahkan pengawalnya untuk mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa bisa menyembuhkan penyakit sang Raja, maka akan diberikan hadiah.

berita sayembara itu didengar oleh Abu Nawas. Ia tertarik dengan sayembara ini. maka tidak lama kemudian, iapun memutar otak sebentar dan pergi ke istana Raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja terkejut ketika melihat Abu Nawas datang hendak mengobati dirinya.

Hei Abu Nawas, setahuku kau bukan tabib, tapi mengapa kau ikut sayembara ini?. Heran sang raja.

He he he.. tuan raja, janganlah Anda melihat penampilanku, begini begini aku bisa mengobati orang sakit.

Benarkah? kaget sang raja. Berarti engkau bisa menyembuhkan sakitku juga?

Oh tentu Raja, jawab Abu Nawas, sebenarnya apa sakit Anda?

Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa seluruh tubuhku sakit dan badanku panas. Aku tampak lesu Abu Nawas.keluh sang raja Harun Al Rasyid.

ha ha ha ha ha.Abu Nawas tertawa dengan jenaka.

Hei Abu Nawas, apa yang lucu?

tidak Tuan, kalau penyakit itu sih gampang sekali menemukan obatnya.terang Abu Nawas.

Sungguh, kaget sang raja lagi. apa nama obat itu dan dimana saya bisa menemukan obat itu?

baiklah saya beritahu Anda,

nama obat itu adalah telur unta. Anda bisa mendapatkannya di kota Baghdad ini.

mendengar informasi itu sang raja merasa bersemangat ingin segera mendapatkan telur unta itu.

hei Abu Nawas, awas jika kau bohong. Akan ku hukum kau?

Carilah dulu telur unta itu, jangan asal hukum saja sanggah Abu Nawas.

Dikisahkan dalam cerita humor ini Keesokan harinya sang raja berangkat dengan pengawalnya. Ia memakai baju rakyat biasa karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang raja.

Raja Harun Al Rasyid mengunjungi pasar-pasar yang ada di daerah baghdad tapi tidak ditemukan telur unta itu.

Raja Harun Al Rasyid tidak mau menyerah ia terus berjalan kerumah-rumah warga tapi tetap saja ia tidak menemukan telur unta. semangat Raja Harun Al Rasyid ini sungguh kuat sekali, ia tidak peduli seberapa jauh jarak yang ia tempuh untuk mencari telur unta. Hingga akhirnya ia sampai disebuah hutan.

raja terus berjalan tanpa menghiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan. sambil menggerutu ia tetap berfikir dimanakah telur unta itu berada.

Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan ku hukum kau! gerutu sang raja. Pengawal bersiaplah menghukum Abu Nawas besok!

siap raja, kata pengawal yang sudah kelelahan,tapi lebih baik kita pulang saja sekarang. memang sepertinya kita tidak menemukan telur itu.

Raja Harun Al Rasyid pun mempertimbangkan saran pengawalnya, namun beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.

Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi.seru raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu. melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan, maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu.

setelah sampai dirumahnya, Sang kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.

Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan Cucuk?

Sama-sama kek, jawab Raja Harun Al Rasyid.

oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta tanya raja Haru Al Rasyid pada si kakek.

telur unta? sang kakek kemudian berfikir sejenak.

Ha Ha Ha Ha Hatawa sang kakek. Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang kakek.

apa saya salah tanya kek? tanya Raja harun Al Rasyid keheranan. bisa Anda jelaskan?

Cuk, di dunia ini mana ada telur unta. setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur. jadi mana ada telur unta.

mendengar penjelasan dari sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.

benar juga mana ada telur unta. unta kan binatang yang melahirkan bukan bertelur. gumam sang raja.

awas kau Abu Nawas!



Keesokan harinya sang raja dengan perasaan kesal menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya. dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit.

awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!

beberapa saat kemudian, Abu Nawas datang. Ia memberi senyum jenaka kepada Raja Harun Al Rasyid.Raja Harun Al rasyid langsung memarahinya.

Hai kau Abu Nawas, beraninya mengerjai ku. aku tidak terima ini. sesuai dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kau telah membohongiku. mana ada telur unta, unta itu hewan yang melahirkan bukan bertelur.

Anda benar Tuan Raja, sahut Abu Nawas membenarkan pernyataan raja Harun Al Rasyid telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan bukan bertelur. Sambung Abu Nawas dengan Ceritanya.

Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?sanggah sang raja pokokya sekarang kamu harus dihukum.

tuggu dulu, tuan raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya.

tanya apa?

bagaimana kondisi tubuh tuan raja hari ini?tanya Abu Nawas.

kondisi badanku, sahut raja Harun Al Rasyid, aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemarin-kemarin. suhu badanku pun turun, Sang raja pun terdiam sejenak.

Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas. raja amat gembira mendengar cerita Abu Nawas.

Aku tahu, perjalananku yang amat jauh kemarin telah membuat tubuh-tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang semula beku menjadi lancar kembali. benar Abu Nawas, itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas. sahut raja Harun Al Rasyid.

Benar tuan, kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan akhirnya menjadi penyakit. maka dari itu raja, rajinlah bergerak.

ya, memang akhir-akhir ini aku sering dikamar. jarang bergerak. kemudian aku juga banyak makan. mungkin ini yang menyebabkan aku sakit. kata sang Raja Harun Al Rasyid. Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu tapi aku akan memberikanmu hadiah karena telah memberiku sarang yang luar biasa.

Terima kasih tuan raja. Jawab Abu Nawas singkat.

Banyak makna dan pembelajaran yang kita bisa dapat dari Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri untuk tidak santai dan bermalas-malasan karena dapat mendatangkan berbagai macam penyakit. Semoga salah satu dari Koleksi Cerita Abu Nawas ini bermanfaat.

 
Tentu sudah tidak asing lagi di telinga kita akan nama sang tokoh kocak “Abu Nawas” saking masyhurnya nama tersebut hingga kadang kita tidak mengetahui siapa nama asli dia sebenarnya. Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M ) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.
Masa mudanya penuh perilaku kontroversial yang membuat Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khazanah sastra Arab Islam. Meski begitu, sajak-sajaknya juga sarat dengan nilai sprirtual, di samping cita rasa kemanusiaan dan keadilan. Abu Nawas belajar sastra Arab kepada Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Ia juga belajar Al-Quran kepada Ya’qub al-Hadrami. Sementara dalam Ilmu Hadis, ia belajar kepada Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al-Qattan, dan Azhar bin Sa’ad as-Samman. Pertemuannya dengan penyair dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi, telah memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesusastraan Arab. Walibah sangat tertarik pada bakat Abu Nawas yang kemudian membawanya kembali ke Ahwaz, lalu ke Kufah. Di Kufah bakat Abu Nawas digembleng. Ahmar menyuruh Abu Nawas berdiam di pedalaman, hidup bersama orang-orang Arab Badui untuk memperdalam dan memperhalus bahasa Arab.
Kemudian ia pindah ke Baghdad. Di pusat peradaban Dinasti Abbasyiah inilah ia berkumpul dengan para penyair. Berkat kehebatannya menulis puisi, Abu Nawas dapat berkenalan dengan para bangsawan. Namun karena kedekatannya dengan para bangsawan inilah puisi-puisinya pada masa itu berubah, yakni cenderung memuja dan menjilat penguasa.
Dalam Al-Wasith fil Adabil ‘Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas digambarkan sebagai penyair multivisi, penuh canda, berlidah tajam, pengkhayal ulung, dan tokoh terkemuka sastrawan angkatan baru. Namun sayang, karya-karya ilmiahnya justru jarang dikenal di dunia intelektual. Ia hanya dipandang sebagai orang yang suka bertingkah lucu dan tidak lazim. Kepandaiannya menulis puisi menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid. Melalui musikus istana, Ishaq al-Wawsuli, Abu Nawas dipanggil untuk menjadi penyair istana (sya’irul bilad).
Sikapnya yang jenaka menjadikan perjalanan hidupnya benar-benar penuh warna. Kegemarannya bermain kata-kata dengan selera humor yang tinggi seakan menjadi legenda tersendiri dalam khazanah peradaban dunia. Kedekatannya dengan kekuasaan juga pernah menjerumuskannya ke dalam penjara. Pasalnya, suatu ketika Abu Nawas membaca puisi Kafilah Bani Mudhar yang dianggap menyinggung Khalifah. Tentu saja Khalifah murka, lantas memenjarakannya. Setelah bebas, ia berpaling dari Khalifah dan mengabdi kepada Perdana Menteri Barmak. Ia meninggalkan Baghdad setelah keluarga Barmak jatuh pada tahun 803 M. Setelah itu ia pergi ke Mesir dan menggubah puisi untuk Gubernur Mesir, Khasib bin Abdul Hamid al-Ajami. Tetapi, ia kembali lagi ke Baghdad setelah Harun al-Rasyid meninggal dan digantikan oleh Al-Amin.
Sejak mendekam di penjara, syair-syair Abu Nawas berubah, menjadi religius. Jika sebelumnya ia sangat pongah dengan kehidupan duniawi yang penuh glamor dan hura-hura, kini ia lebih pasrah kepada kekuasaan Allah.
Memang, pencapaiannya dalam menulis puisi diilhami kegemarannya melakukan maksiat. Tetapi, justru di jalan gelap itulah, Abu Nawas menemukan nilai-nilai ketuhanan. Sajak-sajak tobatnya bisa ditafisrkan sebagai jalan panjang menuju Tuhan. Meski dekat dengan Sultan Harun al-Rasyid, Abu Nawas tak selamanya hidup dalam kegemerlapan duniawi. Ia pernah hidup dalam kegelapan – tetapi yang justru membawa keberkahan tersendiri.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad. Berikut salah satu kisah Jenaka Abu Nawas.
Demi Tata Krama Kepada Raja

Konon di Zaman Raja Harun Al Rasyid dulu tidak ada yang namanya WC, yang ada cuma sungai atau kali untuk buang hajat. Suatu ketika sang raja merasa perutnya sedang sakit, dan sudah tidak bisa lagi untuk diajak kompromi. Seketika itu juga raja meminta para pengawal untuk mendampinginya ke sungai demi menuntaskan hajatnya. Kebetulan sungai disitu mengalir ke arah selatan. Dan Sudah masyhur di kalangan masyarakat , jika sang raja sedang buag hajat di sungai, maka rakyat dilarang keras berak di sebelah utaranya raja, karena di khawatirkan kotoran tersebut akan mengalir ke arah selatan dan mengenai badan sang raja. Dan kalau ada yang melanggar, maka akan mendapatkan hukuman berat dari sang raja.
Namun kali ini, peraturan tersebut tidak di indahkan oleh sang tokoh kocak Abu Nawas, Abu Nawas dengan santainya juga ikut berak di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, sehingga sang raja tidak melihatnya. Disaat asyik buang hajat, tiba – tiba saja ada suatu benda yang menyenggol pantat sang raja, tanpa berpikir panjang, benda tersebut langsung dipegang dan dilihat oleh sang raja, alangkah terkejutnya, ternyata benda tersebut adalah kotoran manusia. kontan saja hal itu membuat sang raja naik pitam. seketika itu juga raja menyuruh para pengawalnya untuk menelusuri sungai di sebelah utara,dan menangkap orang yang berak . Benar saja, di sebelah utara agak jauh dari posisi sang raja, terlihat sosok abu nawas sedang berak dengan santainya. Saat itu juga para pengawal langsung menangkap dan membawanya ke hadapan raja untuk di hukum.
Ketika di hadapkan pada raja, Abu Nawas memprotes pada raja kenapa dia di tangkap dan akan dihukum. Raja pun menjawab :
” Apakah kamu tidak tahu wahai Abu Nawas, perbuatanmu itu telah melecehkan privasiku, kamu telah menginjak – injak harga diriku, kamu memang tidak punya tata krama !!! bentak sang raja.
“Berani – beraninya kamu berak di sebelah utaraku, sehingga kotoranmu mengenai badanku, selama ini tidak pernah seorangpun dari rakyatku berani melakukan perbuatan sepertimu” wahai Abu Nawas” Tambah sang raja dengan nada sangat kesal.
“Kini kamu harus menerima hukuman dariku”
“Maaf, tunggu sebentar wahai raja ” sela Abu nawas.
“Ada apa? tanya raja, “kali ini tidak ada lagi ampun bagimu Abu nawas”
“Tunggu sebentar, tolong beri saya kesempatan untuk menjelaskannya.
“Saya melakukan itu semua, karena saya sangat menghormati engkau wahai raja”
mendegar hal itu, raja harun Al Rasyid langsung sedikit tertegun dengan apa yang disampaikan oleh abu nawas.
“Lho perbuatan seperti itu , kamu bilang malah untuk menghormati aku???” tanya raja dengan ekspresi agak sedikit keheranan.
“Ya benar raja ” jawab abu nawas dengan tegasnya.
Rajapun semakin keheranan dan penasaran dengan abu nawas.
“Baiklah kali ini aku kasih kamu kesempatan untuk menjelaskan alasannya, jika alasanmu tidak masuk akal maka aku tidak segan – segan untuk memperberat hukumanmu.”
“Baiklah raja, begini alasannya . Raja tahu, selama ini jika raja tengah mengadakan perjalanan dengan rakyat atau bersama pengawal , tidak ada satupun dari rakyat atau pengawal raja yang berani mendahului jalannya raja, begitu juga dengan saya, ketika saya ikut rombongan raja , posisi saya ketika berjalan tidak berani mendahului raja, itu saya lakuakan karena saya menjaga tata krama dan sopan santun kepada raja”
“Ya bagus, lha terus apa hubungannya dengan perbuatanmu yang sekarang ini??” tanya raja dengan nada semakin penasaran dengan akal cerdik abu nawas.
“Begini raja, saya menghormati engkau tidak setengah – setengah, melainkan saya menghormati engkau dengan sepenuh hati . Ketika saya buang hajat , saya memilih di sebelah utara raja, dan sama sekali , saya tidak berani berak berada di sebelah selatan raja. Hal ini saya lakukan karena saya kuatir, jika saya berak di sebelah selatan raja, maka nanti kotoran saya berlaku tidak sopan kepada kotoran raja, karena sudah berani berjalan mendahuli kotoran raja. sehingga saya memilih berak di sebelah utara, agar supaya kotoran saya tidak sampai mendahului kotoran raja. Ini semua saya lakuakan tidak lain, hanya demi Tata krama saya kepada kotoran raja.
Terus terang wahai baginda, kotoran saya tidak berani mendahului kotoran raja, karena hal itu merupakan perbuatan su’ul adab.
Ketika raja berjalan, saya tidak berani mendahului jalan raja, begitu juga ketika kotoran raja mengalir, maka kotoran saya pun tidak berani mendahului kotoran raja. ini semua saya lakuakn karena Sopan santun dan tata krama saya yang sepenuh hati kepada raja.”
“Malah yang seharusnya diberi hukuman bukan saya wahai raja , melainkan rakyat engkau yang tidak punya tata krama, karena mereka berani berak di sebelah selatanmu, sehingga kotoran mereka mendahului kotoranmu. “
Mendengar penjelasan Abu nawas, raja pun tersennyum. dia tidak jadi marah dan menghukum Abu nawas, tetapi oleh sang raja Abu Nawas malah diberi hadiah karena alasannya masuk akal. Sejak kejadian itu, raja pun menginstruksikan kepada rakyatnya untuk berak di sebelah utara sang raja, demi menjaga kesopanan kepada kotoran sang raja…